Minggu, 31 Agustus 2014

Keindahan

Berkunjung kebanyak tempat adalah impian para traveler tak terkecuali saya, apalagi tempat itu tempat yang indah, bersejarah serta mempunyai pemikat untuk segera dikunjungi meskipun tidak masuk dalam destinasi wisata daerah. Keindahan alam merupakan anugerah terindah yang Tuhan titipkan pada kita untuk dijaga dan dinikmati. Alam menyuguhkan banyak sekali keindahan-keindahannya.

Sunset di Melawai, Balikpapan
Alangkah eloknya menikmati sore dengan deburan ombak yang menemani dalam perjalanan sang surya kembali ke peraduannya atau menanti keindahan sunrise diatas puncak gunung dengan hawa dingin yang bagaikan menusuk ke tulang-tulang hingga mati rasa.

Sunrise di Puncak Gunung Lawu
Semua keindahan itu akan selalu bisa dinikmati tatkala langkah kaki bisa berpijak dari tempat satu ke tempat lainnya. Tak ada keindahan yang sama suatu tempat pasti memiliki pesonanya masing-masing yang bisa memanjakan mata. Dari satu tempat ke tempat satunya, dari situ juga akan tersimpan suatu kenangan, cerita indah yang tak akan pernah terlupakan dalam history kehidupan. Yang jauh belum tentu elok dan yang dekat belum tentu membosankan, itulah mengapa tak ada habisnya untuk mengunjungi tempat yang boleh dibilang favorit meski sering tapi ngga akan pernah bosan. Perjalanan panjang kadang menjadi sebuah makanan pahit yang harus dilalui namun semuanya akhirnya akan menjadi kenyang mata menikmati ke elokan suatu tempat. Tak akan pernah bosan untuk bermimpi, beranggan-anggan untuk bisa menceritakan banyak tempat ke orang lain tentang suatu tempat yang dikunjungi. Pemandangannya, perjalanannya bahkan usaha-usaha untuk menginjakkan kaki ditempat itu. Untuk menikmati semua itu usaha, mental, bahkan suatu hal yang dianggap konyol terkadang menjadi bumbu cerita sebuah perjalanan. Semua itu demi suatu kata yaitu keindahan.

Sebuah kenangan akan terukir indah saat kaki-kaki berpijak dan membubuhkan cerita-cerita tentang apa yang belum pernah kita ketahui.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Pantai Melawai, Balikpapan

Awal saya pertama kali menginjakkan kaki di Balikpapan, Pantai Melawai adalah pantai pertama yang saya kunjungi. Ini dikarenakan letaknya yang tak begitu jauh dari tempat tinggal saya di Balikpapan. Cukup waktu 10-15 menit saya sudah bisa menikmati semua pesona yang ditawarkan Pantai Melawai ini. Pantai Melawai berada di sepanjang Jalan Sudirman, Balikpapan, Kalimantan Timur. Keunikan Pantai Melawai adalah saat petang akan banyak pengunjung duduk beralas tikar sambil menanti matahari terbenam dan menikmati pemandangan kapal-kapal yang sedang berlabuh, menurunkan muatan di Pelabuhan Semayang, atau berlayar di Teluk Balikpapan. Tak jauh dari daratan ada dua buah pulau yang mana yang dekat dengan Pantai Melawai ini adalah Pulau Babi dan yang agak jauh adalah Pulau Tukung. Saat air surut kita dapat mengunjungi Pulau Babi dengan berjalan kaki, di Pulau ini juga sering digunakan untuk spot foto selain untuk yang hobi mancing. Dari sini kita bisa menikmati hembusan angin laut yang menyejukkan, deburan ombak dan aktifitas di Pelabuhan Semayang. 

Kondisi saat surut di Pantai Melawai

Beberapa orang sedang memancing di Pulau Babi
Sementara Pulau Tukung menurut cerita disana terdapat makam dan pernah juga sebagai tempat shooting acara misteri disalah satu TV nasional. Maklum saya sendiri belum pernah kesana jadi tidak banyak informasi yang saya tahu.  Tak seperti Pulau Babi untuk dapat sampai ke Pulau Tukung ini kita harus naik speedboad. 
Pulau Tukung
Balikpapan merupakan kota yang menghadap timur, tepatnya menghadap selat Makassar. Dan dari posisi geografinya yang menghadap timur , spot untuk melihat sunset berarti mungkin tidak ada. Tetapi, teorinya terbantahkan dengan posisi Pantai Melawai yang sedikit berada di teluk kecil menjadikannya spot sunset terbaik di Balikpapan. Pantai ini adalah tujuan wisata favorit di pusat kota. Pantainya terletak di antara pelabuhan Semayang dan pantai Banua Patra. Daerah ini juga merupakan pusat makanan dan minuman di malam hari.
Suasana sore disepanjang Melawai
Pantai Melawai masih berada di pusat kota, tepatnya tidak begitu jauh dari komplek Pertamina dan Pelabuhan Balikpapan dan berada di pinggir salah satu jalan protokolnya Balikpapan, Jln Sudirman. Pantai Melawai memiliki pemandangan yang indah dengan jaraknya yang dekat dengan pusat kota, Balikpapan Center atau sekitar 5 menit ke arah selatan. Di sepanjang pesisir Pantai Melawai beberapa kafe yang menawarkan makanan, minuman dan camilan untuk menemani duduk santai. Setiap weekend biasanya tempat ini ramai dikunjungi para muda-mudi, serta keluarga yang sekedar untuk menghabiskan malamnya disini.

Suasana malam di Melawai
Dan untuk menuju lokasi Pantai Melawai ini sangat mudah karena letaknya yang sangat strategis dan dilalui angkutan umum. Jika berkunjung ke Balikpapan jangan sampai terlewatkan dalam agenda Anda untuk menengok keromantisan saat menghabiskan malam bersama pasangan ditemani nyala lampu kapal yang hilir mudik, suara deburan ombak serta hembusan angin yang menyejukkan suasana malam disini.

Jumat, 29 Agustus 2014

Hutan Mangrove Margomulyo, Balikpapan

Hari ini kami berencana mengunjungi hutan mangrove Margomulyo atau sering disebut hutan mangrove SMA 8 karena letaknya dibelakang SMA 8 Balikpapan. Pagi ini Balikpapan diguyur hujan yang lumayan bisa sedikit mendinginkan kota yang sudah mulai panas ini. Hujan sudah sedikit meredda tak tunggu waktu lama saya segera berangkat dan menunggu Mbak Mika dan Mbak Zuly, merekalah yang akan menemaniku menikmati keasrian hutan mangrove di Margomulyo. Tak lama berselang mereka menghampiriku dan akhirnya kami segera mencari lokasi hutan mangrove, maklum diantara kami belum ada yang pernah berkunjung ke tempat ini. Ya, lagi-lagi handphone ini yang mengarahkan kami menuju lokasi SMA 8 Balikpapan. Setelah sampai di SMA 8 Balikpapan akhirnya kami bertanya pada masyarakat sekitar dan ditunjukkan nya kami ke lokasi yang agak masuk. Jalan masuknyapun melewati samping SMA 8 yang jalannya hanya cukup untuk roda 2. Setelah kami memarkirkan kendaraan segera kami menuju ke pintu masuk ke hutan mangrove tersebut. Alangkah kagetnya kami saat mengetahui pintu akses masuk di gembok. Untungnya disekitar ada warga dan kami menanyakan bagaimana kalau ingin masuk dan mereka memberi tahu nomor telepon yang tertulis di papan yang ada di pintu masuk tersebut. Tak menunggu lama kami menelepon dan tak selang lama ibu yang membawa kuncinya itu datang dan membukakan kami pintu untuk masuk. Ibunya pun memberi tahu kami jikalau mau keluar nanti disuruh menelepon lagi karena pintu akan digembok lagi. Ibu itu menuturkan alasan mengapa begitu, menurut informasi dari ibunya karena dulu sering disalah gunakan untuk hal-hal yang kurang baik.


Hutan Mangrove terletak di Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat. Kawasa seluas 6,8 ha ini telah dibebaskan oleh pemerintah kota Balikpapan, dan dijadikan kawasan konservasi tumbuhan bakau. Pohon-pohon  tersebut ada yang telah tumbuh lama di kawasan ini, namun ada juga pohon baru, berupa bibit, yang merupakan hasil sumbangan dari berbagai pihak dalam program konservasi mangrove. Hutan mangrove kota Balikpapan dibentuk sebagai fungsi konservasi, juga sebagai wisata alam, pendidikan lingkungan, penelitian, dan pengembangan serta menambah habitat bagi flora dan fauna. Beragam vegetasi tumbuh di tanah lumpur berair pasang surut. Ada jenis-jenis bakau (Rhizophora), tumbuhan api-api hitam (Avicennia alba) yang buahnya jadi kesukaan para bekantan. Terdapat pohon-pohon nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris), bintaro (Cerbera spp.) dan lain-lain. Mereka tumbuh begitu subur dan rapat.


Bagi Anda penggemar fotografi, kawasan ini pasti menarik untuk dijadikan lokasi pengambilan gambar. Dengan rimbunnya pepohonan, jembatan ulin di sepanjang jalur tracking, menara pengawas dan beberapa gazebo, membuat tempat ini sangat sayang untuk dilewatkan. Bahkan sesekali pengunjung dapat bertemu dengan penduduk lokal yang sedang mencari kijing (sejenis siput), atau yang sedang mencari kepiting. Ditempat ini banyak kita temukan binatang-binatang mulai dari burung, ikan, dan yang paling sering dicari jika kesini adalah bekantan. Beruntungnya saat kami berkunjung kesini kami menemukan sekelompok bekantan yang sedang bergelantungan dari pohon satu ke pohon lainnya.

 

Selain bisa melihat banyak satwa udara disini juga sangat sejuk karena rimbunnya pepohonan. Banyak yang datang kesini hanya untuk sekedar foto-foto termasuk saya karena memang view nya bagus. 



Sekadar mengingatkan, sepanjang petualangan itu harus hati-hati dengan dahan-dahan pohon melintang ke sana kemari di atas ulin. Kebanyakan setinggi bahu orang dewasa. Bila tidak hati-hati kepala bisa terantuk karenanya. Dan ternyata pengunjung disini tidak warga sekitar saja karena saat kami berkunjung ada juga wisatawan manca yang mengunjungi tempat ini.
Seorang wisatawan manca sedang mengabadikan moment
Setelah puas menikmati suasana nyaman, sejuk dan satwa-satwa yang ada di lokasi ini. Kamipun segera bergegas menelepon petugasnya untuk dibukakan pintu. Saat meninggalkan lokasi ini kami dimintai uang seikhlasnya untuk perawatan lokasi ini. Kawasan ini sendiri buka pada pukul 08.00 dan ditutup pada pukul 17.30. Jadi, lewat dari jam itu lebih baik urungkan niat memasuki hutan dan kembali lagi esok hari.


Untuk menuju lokasi hutan mangrove Margomulyo:
Tidak ada angkutan umum yang melewati rute ini. Dari daerah Kampung Baru, Anda bisa mencari ojek untuk bisa mengantar Anda ke jalan menuju SMAN 8 Balikpapan. Di samping gedung SMA ini terdapat gang yang seluruh jalanannya terbuat dari jembatan kayu. Anda hanya perlu mengikuti jalur jembatan ini hingga menemukan pintu gerbang menuju kawasan hutan mangrove Margomulyo.


Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan

Tiba saatnya lagi untuk meluangkan waktu untuk sekedar refresingkan diri dari kepenatan dan rutinitas harian. Kali ini saya akan mengajak untuk mengunjungi salah satu tempat penangkaran hewan yang cukup menakutkan yaitu buaya. Di Balikpapan ada satu tempat untuk penangkaran buya. Penangkaran Buaya ini terletak di Kelurahan Teritip dengan luas areal sekitar 5 ha.Tempat ini terbuka untuk umum buka setiap hari dari pukul 08.00 – 17.00. 

Pintu masuk kandang
Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat, juga dengan kendaraan umum yaitu angkutan kota No. 7 dengan jarak 27 km dari pusat kota Balikpapan. Penangkaran Buaya Teritip merupakan penangkaran buaya yang memiliki jumlah buaya paling banyak di Kalimantan Timur. Saat ini terdapat lebih dari 1.450 ekor buaya yang ditangkar, terdiri dari buaya muara (Crocodylus porosus) yang paling dominan dan dua jenis buaya langka, yaitu buaya air tawar (Crocodylus siamensis) dan buaya supit (Tomistoma segellly). 

Beberapa buaya yang ada di salah satu kandang
Ribuan buaya ini ditangkar dalam puluhan kandang. Kandang buaya dibagi atas 4 kategori, yaitu kategori anakan, penggemukan, remaja dan induk. Penangkaran ini dikelola oleh pihak swasta yaitu  CV. Surya Raya sejak tahun 1993. Terakhir ke sana setiap pengunjung dikenakan biaya Rp.15.000 per orang. Selama ini buaya dikenal sebagai hewan yang liar, buas, dan berbahaya. Di Penangkaran Buaya Teritip, pengunjung bisa melihat secara dekat gerak-gerik hewan amfibi tersebut.  Pengunjung dapat langsung memberikan makan berupa ikan dan ayam hidup kepada buaya yang ditangkar. Saat buaya-buaya berebut makanan, menjadi hal yang menarik perhatian pengunjung. Kalau jadwal pemberian makan buaya hanya dua kali dalam seminggu. Tapi, pengunjung bisa membeli ayam yang telah disediakanuntuk kemudian diberikan makan buaya-buaya yang ada di balik tembok yang berpagarkan kawat. Selain melihat proses pemberian makan buaya, pengunjung juga bisa menikmati wisata satwa lainnya, yaitu menunggang dua gajah Lampung yang ada di kompleks penangkaran buaya. Akan tetapi saat terakhir saya kesana gajah tersebut sudah tidak ada berbeda dengan waktu kunjungan pertama saya di tempat ini. Hewan-hewan lainpun seperti monyet, ular dan lainnya kondisinya sangat memprihatinkan seperti tidak terurus lagi. Berbagai souvenir juga bisa diperoleh di tempat ini seperti gantungan kunci berbentuk buaya, tangkur buaya, minyak buaya dan jika hari libur disini menyediakan sate buaya.

Beberapa souvenir yang dipajang

Papan peringatan bagi pengunjung

Kumpulan buaya yang ada di salah satu kandang

Kawasan penangkaran buaya teritip juga menyediakan area untuk berfoto bersama anak buaya. Untuk foto bersama anak buaya tersebut, anda harus merogoh kocek anda sebesar Rp 25.000 per foto atau bila anda ingin foto dengan anak buaya tersebut menggunakan kamera anda, anda hanya perlu mengeluarkan Rp 10.000 dari dompet anda. 

Area foto dengan anak buaya
Jadi, apakah anda tertarik untuk berkunjung ke kawasan penangkaran buaya Teritip?
Jangan sampai terlewatkan jika anda berkunjung ke Balikpapan untuk meluangkan waktu untuk menenggok buaya-buaya yang ada di Teritip. Atau sekedar untuk menikmati sensasinya makan sate buaya. Happy Traveling...

Pantai Manggar Segara Sari, Balikpapan

Pantai Tanah Merah, Samboja

Kami bertiga hari ini berencana untuk jalan-jalan ke pantai Ambalat yang ada di daerah Lamaru Balikpapan. Tak tunggu lama mulailah kami menyusuri jalanan kota di Balikpapan yang selanjutnya terus kearah Manggar.Sebelum berangkat tak lupa kami membawa bekal makanan kecil dan air minum. Ini merupakan kebiasaan saya sebelum berkunjung ke suatu tempat, tidak banyak tapi cukup untuk sekedar melepas penat di perjalanan. Tak terasa perjalanan kami sudah keluar dari hiruk pikuk kota Balikpapan yang kini sudah mulai ramai dengan kendaraan terutama roda dua. Di perjalanan menuju Pantai Ambalat kami melewati beberapa pantai lainnya seperti Pantai Manggar Segara Sari dan Pantai Lamaru kedua pantai ini yang sudah lama dikenal. Setelah melewati kedua pantai ini perjalanan ternyata ada perubahan schedule, sesampainya di depan jalan masuk menuju pantai Ambalat teman saya malah ingin mnegajak ke Pantai Tanah Merah yang ada di Samboja yang masuk di daerah Kutai Kartanegara. Kami bertiga belum ada yang pernah kesana jadi yah tidak ada cara lain selain sering bertanya pada warga. Kamu terus mengikuti alur jalan yang ada, tak sering kami harus bertanya pada penduduk. Perjalanan ini terasa amat panjang karena memang belum pernah mengetahui lokasinya. Sekitar 3 jam akhirnya kami masuk di wilayah Samboja. Saya kira perjalanan sudah dekat namun perkiraan saya salah besar ternyata masih panjang. Setelah binggung sana sini mencari tanda atau sekedar petunjuk untuk mengarah ke lokasi tujuan kami, Akhirnya bertanya adalah solusi terbaiknya. Dan benar saja kami terlalu jauh melewati simpang yang menuju ke arah Pantai Tanah Merah. Segera kami bergegas mutar arah dan sekitar 20 menit kami sampai simpang yang ditunjukkan warga tadi. Setelah masuk mulai terasalah hawa pantai yang sejuk. Dan akhirnya sampailah kami di pintu masuk Pantai Tanah Merah Samboja.

Pintu masuk Pantai Tanah Merah Samboja

Segeralah kami menuju pantai. Saya mengira pantai ini sama seperti pantai-pantai lainnya yang ada di sekitaran Balikpapan ternyata sangat beda. Garis pantai disini tak terlalu panjang, pohon kelapa yang identik dengan pantai tak saya temukan disini malahan jajaran pohon pinus tersusun rapi meneduhkan suasana disini. Hawa sejuk dan udara pantai akhirnya bisa saya nikmati disini, perjuangan panjangpun terbayarkan, penat perjalanan serasa hilang ketika hawa sejuk menerpa wajah ini.

Suasana Pantai Tanah Merah
Waktu itu suasana di pantai ini cukup ramai karena ada suatu acara dari PMI yang diselenggarakan disini. Dipantai ini sudah dilengkapi sarana seperti kamar mandi penyewaan ban untuk mereka yang ingin berenang ada juga gazebo serta sebuah menara yang bisa membuat kita menikmati luasnya laut. Dan warung-warung sederhana yang menjajakan makanan dan minuman.

Jembatan Kayu yang ada di Pantai Tanah Merah

Suasana disini sangat menyenangkan suatu saat nanti pasti saya akan kesini lagi dengan suasana yang baru dan semoga sarana prasarana semakin lengkap untuk kenyamanan pengujung. Tak terasa waktu sudah sore dan kami harus segera kembali ke Balikpapan. Suatu perjalanan yang melelahkan tapi puas dengan apa yang disuguhkan Pantai Tanah Merah ini.


Kamis, 28 Agustus 2014

Planetarium Jagad Raya, Tenggarong

Setelah kami mengunjungi Museum kayu kami ingin ke Planetarium Jagad raya, perjalanan di Tenggarong yang pertama ini sangat minim sekali informasi dan juga kami berempat belum pernah mengunjungi obyek-obyek wisata disini. Ya bermodalkan browsing dan mengandalkan gps handphone kami ingin mengunjungi obyek wisata dsini. Lokasi Planetariun ini sendiri dipinggir jalan utama bangunanya menghadap ke Sungai Mahakam. Tak lama kami sampai di Planetarium. Saat masuk saya agak ragu karena disini sangat sepi, akhirnya kami ke pusat informasi dan bertanya-tanya tentang Planetarium ini.

Planetarium menjadi salah satu wahana pendidikan yang memungkinkan masyarakat umum mengenal objek-objek langit yang tersebar di seluruh penjuru jagat raya. Melalui proyektor khusus di dalam ruangan berbentuk kubah ini, pengunjung dapat menyaksikan proyeksi dari berbagai benda langit dalam suatu format pertunjukan yang cukup atraktif. Saat ini, Indonesia memiliki tiga unit planetarium, salah satunya terdapat di Tenggarong, Kalimantan Timur. Kompleks planetarium yang berada di sebelah utara kompleks Museum Mulawarman, tepatnya di Jalan Diponegoro, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, ini merupakan planetarium ketiga setelah Planetarium Jakarta dan Surabaya.

Planetarium yang diberi nama Planetarium Jagad Raya itu didirikan pada tahun 2002 oleh Bupati Kutai Kartanegara dan diresmikan pada 16 April 2003 oleh Wakil Presiden RI ketika itu, Hamzah Haz. Pembangunan planetarium ini merupakan bagian dari program Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan dan Pemberdayaan Kutai) yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Selain pertunjukan simulasi langit, Planetarium juga memiliki ruang pameran yang berisikan 52 buah poster tentang objek-objek di tata surya, galaksi, dan alam semesta. Ada pula perpustakaan dengan ruang baca lesehan, serta 2 buah teleskop yang sering digunakan ketika ada acara pengamatan benda langit.


Kegiatan lain yang dilakukan Planetarium adalah kerja sama pengamatan hilal bulan Ramadhan dan Syawal bersama Observatorium Bosscha dan Kemenkominfo, pengamatan langit malam dalam rangka Global Astronomy Month April 2011, pengamatan Matahari, serta astrofotografi. Beberapa kegiatan ditujukan untuk umum secara gratis, sedangkan lainnya dilakukan tertutup bagi umum.

Planetarium ini menggunakan proyektor bintang Sky Master ZKP-3 produksi Carl-Zeiss Jerman sebagai proyektor utamanya. Selain proyektor utama, terdapat sembilan proyektor lain, yaitu delapan proyektor slide yang enam di antaranya memiliki kemampuan allsky projection dan sebuah proyektor meteor. Ruang pertunjukan di planetarium ini berada di lantai dua dengan kapasitas maksimal 92 tempat duduk. Ruangan ini berbentuk kubah dengan diameter 11 meter.

Wahana ini dibuka setiap hari, termasuk hari libur nasional dari jam 08.00-14.00 WITA. Meski demikian, karena adanya aturan batas minimal kuota pengunjung, pada Hari Senin-Jumat, pertunjukan baru dapat diselenggarakan jika minimal ada 40 orang pengunjung. Pada akhir pekan, biasanya planetarium ini ramai dikunjungi masyarakat, sehingga terdapat pertunjukan reguler yang berlangsung setiap satu jam, mulai jam 10.00 WITA. Tapi disini kami agak kecewa karena tidak dapat menyaksikan pertunjukan. Meskipun apabila di bawah jumlah tersebut, pertunjukan juga bisa dimulai asalkan pengunjung membayar Rp 200.000, berapapun pengunjungnya. Yah tak apalah akhirnya kami cuma bisa melihat koleksi foto-foto dan lainnya di luar ruangan. Semoga nanti jika berkunjung lagi saya bisa menikmati pertunjukannya. 

 

Untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang Planetarium, silakan hubungi:
Planetarium Jagat Raya
Jl. Diponegoro Tenggarong
Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur 75514
0541-661045, 661335

Museum Mulawarman, Tenggarong

Rabu, 27 Agustus 2014

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong


Pagi ini 6 Juli 2013, suara bising kendaraan mulai terdengar menyapa pagi ini. Maklum kini Balikpapan semakin ramai dengan kendaraan terlebih tempat tinggal saya tak jauh dari pasar central yang ada di Balikpapan. 
Jam menunjukkan pukul 6 WITA. Hari ini kami berencana melakukan touring ke Tenggarong, daerah yang banyak menyimpan sejarah terlebih daerah ini pernah menjadi daerah pemerintahan Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan terbesar saat itu. 
Semua perlengkapan sudah kami siapkan sehari sebelumnya jadi kami siap untuk melakukan perjalanan panjang yang kira-kira dapat kami tempuh sekitar 4 jam dari kota Balikpapan. Semua sudah siap dan akhirnya kami berempat aku, Mba Mika, Mas Edi dan satu temannya segera memulai petualangan ini. Jam ditangan menunjukkan pukul 7.30 WITA, tak buang waktu lama kami segera memulai menyusuri jalan kilo demi kilo. Udara pagi yang sejuk masih bisa kami nikmati setelah kami memasuki daerah kilo yaitu jalan poros untuk menuju Samarinda. Ya bagi sebagian orang berangapan jikalau Kalimantan itu daerahnya hutan semua namun setelah saya menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya saya teramat kaget jika disini tak kalah dengan kota Surabaya. 
Lanjut kisah perjalanan tadi setelah sekitar 1,5 jam kami sampai di jalan yang membelah hutan. Disini jalan utama provinsi hanya satu jadi mau nggak mau jika jalan itu rusak ya nggak ada alternatif lain selain memaksaka untuk melewatinya. Tak lama kemudian perut sudah mulai memberontak akhirnya kami singgah sejenak sambil meregangkan otot-otot yang sudah mulai terasa kaku. Pilihan kami pada warung sederhana untuk memessan nasi goreng dan segelas minuman hangat.






Sarapanpun sudah kini melanjutkan sisa perjalanan yang mungkin masih setengah. Jalan yang semakin ramai mulai mengiringi perjalanan kami maklum hari ini hari Sabtu. Setelah itu kami sampai di simpang Samarinda dan Loa Janan, kami mengambil arah ke Loa Janan karena waktu itu akses Jembatan Tenggarong runtuh beberapa waktu sebelumnya. Dari sini perjalanan mulai menguras tenaga debu, truk besar ditambah akses jalan yang berlubang disana-sini membuat kami harus berkonsentrasi eksta. Kami menyusuri pinggiran Sungai Mahakam yang lumayan jauh. Eluhan dan rasa capek sudah menyelimuti perjalanan kami. Bahkan satu dari kami sampai bilang “Nggak akan aku ikut kalian lagi kalau jalannya kayak gini” Tapi kami terus melanjutkan perjalanan. Sekian lama dinanti akhirnya kami sampai juga di pusat kota Tenggarong. Rasa capekpun seakan terbayarkan karena telah sampai di gerbang masuk tujuan kami. Sesampainya kami di Tenggarong kami sudah disambut jam besar yang dibangun dekat dengan Jembatan Kukar yang kini telah luluh bersisa tiang penyangga.


Bangunan Jam Bentong (artinya = Jam besar dalam bahasa Kutai) diabnagun bersatu dengan Ruangan Taman Baca Masyarakat (TBM) untuk menunjang kebutuhan pelajar dan masyarakat sekitar untuk mencari referensi ilmu pengetahuan dan sarana rekreasi.


Dari jam Betong ini juga terlihat tiang penyangga Jembatan Kukar yang dulu sempat menjadi ikon kota ini tapi kini telah menjadi sebuah cerita.






Setelah sejenak merasakan hembusan angin sepoi yang tertiup dari sungai Mahakam kami segera menuju tujuan pertama kami yaitu Museum Kayu Tuah Himba yang terkenal dengan koleksi buaya yang pernah memakan manusia. Karena kami baru pertama ke sini jadi kami sering bertanya pada warga sekitar dan setelah beberapa kali bertanya akhirnya kami sampai juga di tujuan kami Museum Kayu Tuah Himba.

Museum Kayu Tuah Himba

Tempat Museum ini sendiri di kawasan  Waduk Panji Sukarame atau sekitar 3 Km dari pusat kota Tenggarong.


Dengan membayar karcis masuk sebesar Rp 1.500 per orang, pengunjung bisa menambah wawasan yang berkaitan dengan kehutanan. Tentang keanekaragaman
jenis kayu, daun dann penyakit kayu yang ada di bumi Etam.


Tak hanya itu, beberapa kerajinan khas Kaltim yang terbuat dari kayu ikut dipamerkan dalam etalase museum. Tersedia pula beragam koleksi daun-daun kering (herbarium), aneka biji-bijian, koleksi potongan kayu balok, alat pengolah kayu, hingga beragam peralatan dapur tradisional yang terbuat dari hasil hutan di Kalimantan serta ada juga replika rumah adat suku Dayak.

Salah satu replika rumah adat suku Dayak

Menariknya, di museum ini pengunjung juga bisa melihat sepasang buaya muara (Crocodelus porosus),si pemangsa manusia yang diawetkan dalam kotak kaca. Kedua buaya yang masing-masing berumur 60 tahun untuk betina dan 70 tahun untuk jantan diletakkan bersebelahan tepat di depan pintu masuk museum.


Kedua ekor buaya muara  ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996 karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah yakni Sangatta (Kabupaten Kutai Timur) dan Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara).
“Buaya pertama ditangkap pada 8 Maret 1996 di sungai Kenyamukan, Kecamatan Sangatta (waktu itu masih masuk wilayah Kabupaten Kutai sebelum pemekaran) setelah memangsa seorang wanita bernama Ny Hairani (35). Buaya jantan berusia sekitar 70 tahun dengan jenis kelamin jantan ini memiliki panjang sekitar 6,6 meter, berat 350 kg dan lingkar perut 1,8 meter,” ungkap petugas museum.


Sementara buaya kedua dengan jenis kelamin betina yang memangsa pria bernama Baddu (40) di Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak (Kabupaten Kukar) berhasil ditangkap pada tanggal 10 April 1996. Buaya ini memiliki panjang 5,5 meter, berat 200 kg deng lingkar perut sekitar 1 meter.


Potongan tubuh manusia yang dimakan oleh kedua buaya itu, keluar dari perut si buaya saat dibunuh warga. Kedua buaya itu akhirnya diawetkan dan dipajang di Museum Kayu Tuah Himba. Untuk melengkapi informasi mengenai kedua buaya yang telah diawetkan ini, pengelola Museum juga memajang guntingan koran yang berisi berita mengenai buaya yang memangsa manusia ini, termasuk berita tertangkapnya buaya ini oleh pawang buaya yang sangat berpengalaman di Kabupaten Kutai. Dari kunjungan ini kami mengetahui banyak hal terutama jenis-jenis tanaman serta peralatan yang dulu dipakai sebelum modernisasi masuk. Semoga museum ini akan selalu terjaga sehingga nantinya suatu saat kami bisa mengajak anak cucu berkunjung kesini lagi dan belajar mengenai banyak hal.