Rabu, 27 Agustus 2014

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong


Pagi ini 6 Juli 2013, suara bising kendaraan mulai terdengar menyapa pagi ini. Maklum kini Balikpapan semakin ramai dengan kendaraan terlebih tempat tinggal saya tak jauh dari pasar central yang ada di Balikpapan. 
Jam menunjukkan pukul 6 WITA. Hari ini kami berencana melakukan touring ke Tenggarong, daerah yang banyak menyimpan sejarah terlebih daerah ini pernah menjadi daerah pemerintahan Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan terbesar saat itu. 
Semua perlengkapan sudah kami siapkan sehari sebelumnya jadi kami siap untuk melakukan perjalanan panjang yang kira-kira dapat kami tempuh sekitar 4 jam dari kota Balikpapan. Semua sudah siap dan akhirnya kami berempat aku, Mba Mika, Mas Edi dan satu temannya segera memulai petualangan ini. Jam ditangan menunjukkan pukul 7.30 WITA, tak buang waktu lama kami segera memulai menyusuri jalan kilo demi kilo. Udara pagi yang sejuk masih bisa kami nikmati setelah kami memasuki daerah kilo yaitu jalan poros untuk menuju Samarinda. Ya bagi sebagian orang berangapan jikalau Kalimantan itu daerahnya hutan semua namun setelah saya menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya saya teramat kaget jika disini tak kalah dengan kota Surabaya. 
Lanjut kisah perjalanan tadi setelah sekitar 1,5 jam kami sampai di jalan yang membelah hutan. Disini jalan utama provinsi hanya satu jadi mau nggak mau jika jalan itu rusak ya nggak ada alternatif lain selain memaksaka untuk melewatinya. Tak lama kemudian perut sudah mulai memberontak akhirnya kami singgah sejenak sambil meregangkan otot-otot yang sudah mulai terasa kaku. Pilihan kami pada warung sederhana untuk memessan nasi goreng dan segelas minuman hangat.






Sarapanpun sudah kini melanjutkan sisa perjalanan yang mungkin masih setengah. Jalan yang semakin ramai mulai mengiringi perjalanan kami maklum hari ini hari Sabtu. Setelah itu kami sampai di simpang Samarinda dan Loa Janan, kami mengambil arah ke Loa Janan karena waktu itu akses Jembatan Tenggarong runtuh beberapa waktu sebelumnya. Dari sini perjalanan mulai menguras tenaga debu, truk besar ditambah akses jalan yang berlubang disana-sini membuat kami harus berkonsentrasi eksta. Kami menyusuri pinggiran Sungai Mahakam yang lumayan jauh. Eluhan dan rasa capek sudah menyelimuti perjalanan kami. Bahkan satu dari kami sampai bilang “Nggak akan aku ikut kalian lagi kalau jalannya kayak gini” Tapi kami terus melanjutkan perjalanan. Sekian lama dinanti akhirnya kami sampai juga di pusat kota Tenggarong. Rasa capekpun seakan terbayarkan karena telah sampai di gerbang masuk tujuan kami. Sesampainya kami di Tenggarong kami sudah disambut jam besar yang dibangun dekat dengan Jembatan Kukar yang kini telah luluh bersisa tiang penyangga.


Bangunan Jam Bentong (artinya = Jam besar dalam bahasa Kutai) diabnagun bersatu dengan Ruangan Taman Baca Masyarakat (TBM) untuk menunjang kebutuhan pelajar dan masyarakat sekitar untuk mencari referensi ilmu pengetahuan dan sarana rekreasi.


Dari jam Betong ini juga terlihat tiang penyangga Jembatan Kukar yang dulu sempat menjadi ikon kota ini tapi kini telah menjadi sebuah cerita.






Setelah sejenak merasakan hembusan angin sepoi yang tertiup dari sungai Mahakam kami segera menuju tujuan pertama kami yaitu Museum Kayu Tuah Himba yang terkenal dengan koleksi buaya yang pernah memakan manusia. Karena kami baru pertama ke sini jadi kami sering bertanya pada warga sekitar dan setelah beberapa kali bertanya akhirnya kami sampai juga di tujuan kami Museum Kayu Tuah Himba.

Museum Kayu Tuah Himba

Tempat Museum ini sendiri di kawasan  Waduk Panji Sukarame atau sekitar 3 Km dari pusat kota Tenggarong.


Dengan membayar karcis masuk sebesar Rp 1.500 per orang, pengunjung bisa menambah wawasan yang berkaitan dengan kehutanan. Tentang keanekaragaman
jenis kayu, daun dann penyakit kayu yang ada di bumi Etam.


Tak hanya itu, beberapa kerajinan khas Kaltim yang terbuat dari kayu ikut dipamerkan dalam etalase museum. Tersedia pula beragam koleksi daun-daun kering (herbarium), aneka biji-bijian, koleksi potongan kayu balok, alat pengolah kayu, hingga beragam peralatan dapur tradisional yang terbuat dari hasil hutan di Kalimantan serta ada juga replika rumah adat suku Dayak.

Salah satu replika rumah adat suku Dayak

Menariknya, di museum ini pengunjung juga bisa melihat sepasang buaya muara (Crocodelus porosus),si pemangsa manusia yang diawetkan dalam kotak kaca. Kedua buaya yang masing-masing berumur 60 tahun untuk betina dan 70 tahun untuk jantan diletakkan bersebelahan tepat di depan pintu masuk museum.


Kedua ekor buaya muara  ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996 karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah yakni Sangatta (Kabupaten Kutai Timur) dan Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara).
“Buaya pertama ditangkap pada 8 Maret 1996 di sungai Kenyamukan, Kecamatan Sangatta (waktu itu masih masuk wilayah Kabupaten Kutai sebelum pemekaran) setelah memangsa seorang wanita bernama Ny Hairani (35). Buaya jantan berusia sekitar 70 tahun dengan jenis kelamin jantan ini memiliki panjang sekitar 6,6 meter, berat 350 kg dan lingkar perut 1,8 meter,” ungkap petugas museum.


Sementara buaya kedua dengan jenis kelamin betina yang memangsa pria bernama Baddu (40) di Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak (Kabupaten Kukar) berhasil ditangkap pada tanggal 10 April 1996. Buaya ini memiliki panjang 5,5 meter, berat 200 kg deng lingkar perut sekitar 1 meter.


Potongan tubuh manusia yang dimakan oleh kedua buaya itu, keluar dari perut si buaya saat dibunuh warga. Kedua buaya itu akhirnya diawetkan dan dipajang di Museum Kayu Tuah Himba. Untuk melengkapi informasi mengenai kedua buaya yang telah diawetkan ini, pengelola Museum juga memajang guntingan koran yang berisi berita mengenai buaya yang memangsa manusia ini, termasuk berita tertangkapnya buaya ini oleh pawang buaya yang sangat berpengalaman di Kabupaten Kutai. Dari kunjungan ini kami mengetahui banyak hal terutama jenis-jenis tanaman serta peralatan yang dulu dipakai sebelum modernisasi masuk. Semoga museum ini akan selalu terjaga sehingga nantinya suatu saat kami bisa mengajak anak cucu berkunjung kesini lagi dan belajar mengenai banyak hal.

1 komentar:

  1. The Lucky 15 Casino - Jeopardy with Robin Hood on the
    a hilarious, hilarious look 고양 출장안마 at the Lucky 15 목포 출장안마 Casino at Jeopardy. 춘천 출장샵 one of the most popular and popular slot 강릉 출장마사지 games 진주 출장마사지 at Jeopardy.

    BalasHapus