Pagi ini 6 Juli 2013, suara bising
kendaraan mulai terdengar menyapa pagi ini. Maklum kini Balikpapan semakin
ramai dengan kendaraan terlebih tempat tinggal saya tak jauh dari pasar central
yang ada di Balikpapan.
Jam menunjukkan pukul 6 WITA. Hari ini kami berencana melakukan
touring ke Tenggarong, daerah yang banyak menyimpan sejarah terlebih daerah ini
pernah menjadi daerah pemerintahan Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan
terbesar saat itu.
Semua perlengkapan sudah kami siapkan sehari sebelumnya jadi
kami siap untuk melakukan perjalanan panjang yang kira-kira dapat kami tempuh
sekitar 4 jam dari kota Balikpapan. Semua sudah siap dan akhirnya kami berempat
aku, Mba Mika, Mas Edi dan satu temannya segera memulai petualangan ini. Jam
ditangan menunjukkan pukul 7.30 WITA, tak buang waktu lama kami segera memulai
menyusuri jalan kilo demi kilo. Udara pagi yang sejuk masih bisa kami nikmati
setelah kami memasuki daerah kilo yaitu jalan poros untuk menuju Samarinda. Ya
bagi sebagian orang berangapan jikalau Kalimantan itu daerahnya hutan semua
namun setelah saya menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya saya teramat
kaget jika disini tak kalah dengan kota Surabaya.
Lanjut kisah perjalanan tadi
setelah sekitar 1,5 jam kami sampai di jalan yang membelah hutan. Disini jalan
utama provinsi hanya satu jadi mau nggak mau jika jalan itu rusak ya nggak ada
alternatif lain selain memaksaka untuk melewatinya. Tak lama kemudian perut
sudah mulai memberontak akhirnya kami singgah sejenak sambil meregangkan
otot-otot yang sudah mulai terasa kaku. Pilihan kami pada warung sederhana
untuk memessan nasi goreng dan segelas minuman hangat.
Bangunan Jam Bentong (artinya = Jam
besar dalam bahasa Kutai) diabnagun bersatu dengan Ruangan Taman Baca Masyarakat
(TBM) untuk menunjang kebutuhan pelajar dan masyarakat sekitar untuk mencari
referensi ilmu pengetahuan dan sarana rekreasi.
Dari jam Betong ini juga terlihat tiang
penyangga Jembatan Kukar yang dulu sempat menjadi ikon kota ini tapi kini telah
menjadi sebuah cerita.
Setelah sejenak merasakan hembusan angin
sepoi yang tertiup dari sungai Mahakam kami segera menuju tujuan pertama kami
yaitu Museum Kayu Tuah Himba yang terkenal dengan koleksi buaya yang pernah
memakan manusia. Karena kami baru pertama ke sini jadi kami sering bertanya
pada warga sekitar dan setelah beberapa kali bertanya akhirnya kami sampai juga
di tujuan kami Museum Kayu Tuah Himba.
Museum Kayu Tuah Himba
Tempat Museum ini sendiri di
kawasan Waduk Panji Sukarame atau
sekitar 3 Km dari pusat kota Tenggarong.
Dengan membayar karcis masuk sebesar Rp
1.500 per orang, pengunjung bisa menambah wawasan yang berkaitan dengan
kehutanan. Tentang keanekaragaman
jenis kayu, daun dann penyakit kayu yang
ada di bumi Etam.
Tak hanya itu, beberapa kerajinan khas
Kaltim yang terbuat dari kayu ikut dipamerkan dalam etalase museum. Tersedia
pula beragam koleksi daun-daun kering (herbarium), aneka biji-bijian, koleksi
potongan kayu balok, alat pengolah kayu, hingga beragam peralatan dapur
tradisional yang terbuat dari hasil hutan di Kalimantan serta ada juga replika
rumah adat suku Dayak.
Menariknya, di museum ini pengunjung
juga bisa melihat sepasang buaya muara (Crocodelus porosus),si pemangsa manusia
yang diawetkan dalam kotak kaca. Kedua buaya yang masing-masing berumur 60
tahun untuk betina dan 70 tahun untuk jantan diletakkan bersebelahan tepat di
depan pintu masuk museum.
Kedua ekor buaya muara ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996 karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah yakni Sangatta (Kabupaten Kutai Timur) dan Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara).
“Buaya pertama ditangkap pada 8 Maret
1996 di sungai Kenyamukan, Kecamatan Sangatta (waktu itu masih masuk wilayah
Kabupaten Kutai sebelum pemekaran) setelah memangsa seorang wanita bernama Ny
Hairani (35). Buaya jantan berusia sekitar 70 tahun dengan jenis kelamin jantan
ini memiliki panjang sekitar 6,6 meter, berat 350 kg dan lingkar perut 1,8
meter,” ungkap petugas museum.
Potongan tubuh manusia yang dimakan oleh
kedua buaya itu, keluar dari perut si buaya saat dibunuh warga. Kedua buaya itu
akhirnya diawetkan dan dipajang di Museum Kayu Tuah Himba. Untuk melengkapi
informasi mengenai kedua buaya yang telah diawetkan ini, pengelola Museum juga
memajang guntingan koran yang berisi berita mengenai buaya yang memangsa
manusia ini, termasuk berita tertangkapnya buaya ini oleh pawang buaya yang
sangat berpengalaman di Kabupaten Kutai. Dari kunjungan ini kami mengetahui
banyak hal terutama jenis-jenis tanaman serta peralatan yang dulu dipakai
sebelum modernisasi masuk. Semoga museum ini akan selalu terjaga sehingga
nantinya suatu saat kami bisa mengajak anak cucu berkunjung kesini lagi dan
belajar mengenai banyak hal.
The Lucky 15 Casino - Jeopardy with Robin Hood on the
BalasHapusa hilarious, hilarious look 고양 출장안마 at the Lucky 15 목포 출장안마 Casino at Jeopardy. 춘천 출장샵 one of the most popular and popular slot 강릉 출장마사지 games 진주 출장마사지 at Jeopardy.